Rabu, 11 April 2012

Cerbung ~ Bantuan yang Tulus - PART 1

Devin, my penpal
Thanks for those chats! ^_^
Jordyann, sang pemusik,
tempat VIP selalu ada untukmu!
Nixie, ayo kembalilah menulis!
DM, kuharap aku bisa mengenalmu.


Bantuan yang Tulus
by Rafa




Pernahkah kamu merasa kesal pada seseorang sehingga tidak memberinya kesempatan untuk menjadi temanmu?~ Lenny


Saat bel istirahat baru saja berbunyi, aku langsung menghabiskan makananku dan membaca buku milik saudaraku yang belum sempat kuselesaikan kemarin.


Saat sedang seru-serunya membaca...

“Woi,“ Sapa sebuah suara cempreng dengan gaya yang amat menyebalkan.

Aku melengos dan menekuni kembali bacaanku.

Sebuah tangan menjauhkan buku yang sedang kubaca itu beberapa senti.

“Hei!” Seruku, kesal karena kegiatanku terganggu. Aku mendongak, untuk mengidentifikasi siapa pelakunya.

Ahh, Devin. Seperti yang kuduga. Benar-benar deh, anak itu.

“Baca tuh jangan deket-deket! Nanti minus baru tau rasa, lho!” sahutnya sok.

Aku mendesah. “Jangan ganggu gue lagi, Dev.” Ujarku malas.

“Eh, siapa juga yang gangguin lo?” jawab Devin sambil berkacak pinggang.

Ih, kurang ajar sekali gayanya. Ah, sebaiknya kuabaikan saja.

“Dasar gak tau terima kasih.” Gerutu Devin keras-keras, sambil berlalu begitu saja dari hadapanku.

Aaargh, itu bukan yang pertama kalinya dia menggangguku. Bahkan, setiap hari dia menggangguku. Memang apa susahnya sih, berlaku biasa saja seperti anak-anak lain?

“Kenapa, Len? Mikirin Devin ya?” goda Siska, teman sebangkuku.

“Ih, ngapain mikirin dia. Kayak nggak ada yang lebih penting aja.” Sanggahku, dengan kebohongan yang telak.

“Eh, tapi nggak mungkin kalo lo nggak pernah mikirin dia. Orang tiap hari dia lewat di depan lo gitu.” Sahut Siska sambil menerawang perbuatan Devin.

“Alaaah, Sis, buang-buang waktu tau berurusan sama dia. Lagian dia tuh lewat di depan gue cuma buat ngeledek doang. Apanya, sih, yang pantes dipikirin?” Kataku kesal sambil memutar bola mata.

“Yee... Kali aja dia suka sama lo. Biasanya cowok kan capernya gitu.” Teori Siska yang gombal abs itu dengan sukses kubalas dengan jitakan di kepalanya.

“Kurang ajar lo, mau ikutan ngeledek gue?! Mimpi apa lo semalem, sampe bisa ngomong nonsense kayak gini?” Aku memberengut. Bukuku yang belum selesai kubaca itu langsung kututup, pertanda aku terganggu.

“Aduh, ampun Len! Kok gue dijitak, sih? Kan Cuma ngira-ngira doang... Galak bener lo.” Siska memelas sambil mengusap puncak kepalanya.

“Makanya, jangan ngomong sembarangan, dong!” Aku menggerutu.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar