Jumat, 07 Oktober 2011

Terjemahan Repost - Indonesian

Post ulang :

Ibuku hanya memiliki sebuah mata.

Aku amat membencinya. Ia sungguh memalukan. Ia memasak untuk para murid dan guru untuk menopang keadaan keluarga. Ada suatu ketika, di saat aku masih SD, ibu datang dan menyapaku. Aku amat malu. Bagaimana ia bisa melakukan ini padaku?! Aku mengabaikannya, memberinya pandangan benci dan berlari menjauh.

Keesokan harinya...
Teman-teman sekelasku mengejek : ... "IIIIIH! Ibumu hanya memiliki satu mata!"
Aku merasa ingin menguburkan diri. Aku juga ingin agar ibuku menghilang. Pada hari itu juga aku menghadapnya dan berkata : "Kalau ibu hanya ingin membuat aku sebagai bahan tertawaan, Kenapa ibu tidak mati saja?!" Ibuku tidak berkata apa-apa... Aku bahkan tidak berpikir barang sedetik pun saat mengucapkan kata-kata barusan, karena aku marah sekali. Aku juga tidak peduli lagi dengan perasaannya. Yang kuinginkan pada saat itu hanyalah kabur dari rumah dan tidak perlu lagi berurusan dengannya.

Maka, aku belajar mati-matian dan mendapatkan kesempatan belajar di Singapura. Lalu aku menikah, dan membeli rumah sendiri. Aku memiliki anak. Aku bahagia sekali dengan kehidupanku saat ini, dengan anak-anakku, dan segala kenyamanan yang kumiliki. Pada suatu hari, ibu datang ke rumahku. Ia belum pernah mengunjungiku selama bertahun-tahun, bahkan ia belum pernah melihat cucu-cucunya sama sekali.

Saat ia berdiri di depan pintu rumahku, anak-anakku menertawainya, dan aku membentaknya karena ia datang tanpa diundang. Aku berteriak keras-keras, "Beraninya kau datang ke rumahku dan menakuti anak-anakku! Keluar dari sini, SEKARANG!!!" dan ibuku menjawab perlahan, "Oh, maaf. Mungkin saya salah alamat..." dan ia pergi begitu saja, hilang dari pandangan.

Suatu hari, ada sebuah surat tentang acara reuni sekolah yang sampai ke rumahku. Maka aku berbohong pada istriku, berkata bahwa aku akan pergi karena urusan bisnis. Setelah acara reuni selesai, aku berkunjung ke gubuk tua tempat masa kecilku berlangsung dulu, karena penasaran. Tetangga-tetanggaku berkata bahwa Ibu telah meninggal. Aku bahkan tidak menangis, tidak mengeluarkan setitik air mata pun. Mereka memberikan aku sepucuk surat dari Ibu :

Untuk, Anakku tersayang.
Aku berpikir tentangmu di setiap waktu yang kumiliki.
Maafkan aku, karena aku berkunjung ke rumahmu di Singapur dan menakuti anak-anakmu.
Aku amat gembira saat mengetahui bahwa kau akan datang saat acara reuni dilangsungkan.
Tetapi aku bahkan tidak dapat bangkit dari tempat tidurku.
Maafkan aku karena selalu mebuatmu malu sepanjang masa kecilmu.
Kau tahu... Ketika kamu masih kecil, kamu mengalami kecelakaan, dan sebelah matamu tidak lagi berfungsi.
Maka dari itu, aku memberikanmu mataku.
Aku amat bangga karena anakku mampu melihat dunia untukku, di tempat aku berada, dengan mata tersebut.
Dengan segenap cintaku padamu, Ibumu tersayang.

Terima kasih untuk
@Edwin Hartono Limbri yang telah mengepos cerita keren ini di status fbnya.
numpang maring blogku, rapopo, kan, le? ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar