Jumat, 10 Februari 2012

Seorang Profesor dan Seorang Nelayan - Cerita Moral Fiktif

Makasih banyak buat mama yang udah nunjukin cerita ini dari BBnya,
sehingga bisa aku gubah dan aku ceritakan ulang di sini.
Maaf kalau ada bagian yang kurang sesuai.
Semoga kalian suka...

Alkisah...
Ada seorang profesor yang sedang menaiki kapal bersama seorang nelayan. Niatnya, ia hendak menemani nelayan ini mencari ikan sekaligus mempelajari kehidupan si nelayan ini. Profesor pun mengajak si nelayan bicara saat kapal sedang berlayar ke tengah lautan.
Katanya, “Pak nelayan, apakah anda bisa pelajaran TIK (Telekomunikasi dan Informasi)?”
Si nelayan menggeleng sambil terus mengendalikan perahu. Jawabnya, “Tidak bisa. Disini tidak ada listrik. Bagaimana mau belajar komputer...?”
“ Waduh!” Profesor itu rupanya terperanjat. “Kalau anda tidak bisa menguasai komputer, itu sama saja dengan kehilangan seperempat hidup anda! Karena komputer dan internet itu adalah jalan kita untuk mengenal dunia, agar tidak terisolasi dari masyarakat luar.” Jelas sang Profesor.
Nelayan itu rupanya tidak peduli. Ia terus saja berkonsentrasi mengendalikan perahu.
Profesor pun ingin tahu lebih, maka ia bertanya lagi pada si nelayan. Katanya, “Pak, apakah bapak bisa matematika?”
Nelayan pun dengan bingung mengangkat kepalanya menatap profesor, dan bertanya balik, “Apa itu matematika, Prof? Jangan bilang yang ada ‘mati-mati’nya, Profesor! Pamali, tahu, jika sedang berlayar seperti ini.”
Profesor pun menunduk dan menggelengkan kepala. Kesal juga ia rupanya.
“Matematika itu berhitung!” Jelas sang Profesor, berusaha sabar. “Kalau kamu tidak bisa matematika, kamu bisa ditipu orang! Dengan tidak bisa matematika, saya jamin kamu telah kehilangan setengah dari hidupmu, karena hidup ini sebagian besar bergantung pada ilmu berhitung.”
Nelayan hanya cengengesan. “Hehehe, maaf prof. Jangan marah begitu, dong. Saya memang benar-benar tidak tahu matematika. Tapi saya bisa menghitung ikan, kok. Jangan salah.”
Profesor hendak menghentakkan kakinya karena kesal, ketika ombak yang cukup keras menerpa kapal itu. Kapal pun bergoyang dengan kuat, sehingga Profesor ketakutan.
“Aduh, Aduh!” Jeritnya. “Kalau sampai kapal ini terbalik, bagaimana jadinya! Aku takut tenggelam.” Keluh Profesor, sambil berpegangan erat-erat pada pinggir kapal.
“Prof,” Si nelayan berkata, “Saya bukannya mau balas menggurui. Tapi lihat saja. Tidak bisa TIK, berarti kehilangan seperempat hidup. Tidak bisa berhitung, berarti kehilangan setengah hidup. Lha, kalau anda tidak bisa berenang, anda bisa kehilangan seluruh hidup anda! Hehehe...”
Profesor yang ketakutan itu hanya mengangguk-angguk, menyadari kebenaran kata-kata nelayan sambil terus berpegangan pada kapal lantaran ketakutan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar