Ditulis kembali oleh Rafa
Semoga dapat membuat hari anda menjadi lebih menyenangkan...
Ada seorang perempuan yang sangat cantik. Ia datang ke sebuah pesta, dan di pesta tersebut, para pria merasa tertarik untuk berkenalan dengannya. Diantara pria tersebut, ada seorang pemuda yang sangat baik. Ia memang tidak terlalu tampan jika dibandingkan dengan seluruh pria di pesta, tetapi hatinya luar biasa baik.
Akhirnya perempuan tersebut mendapat kesempatan untuk berkenalan dengan pemuda itu. Sang pemuda berkata, "Mari kita minum di kedai sebelah setelah pesta ini usai."
Perempuan tersebut merasa bingung, karena biasanya pria yang berkenalan dengannya meminta nomor HP, e-mail, facebook, WhatsApp, Line, KakaoTalk, WeChat, ataupun ID aplikasi sosial yang lain. Tetapi tidak dengan pemuda yang satu ini. Pemuda itu malah mengajaknya minum di sebuah kedai.
"Baiklah." Jawab perempuan itu sebelum ia pergi dan bergabung dengan tamu pesta yang lain.
Setelah pesta itu usai, pemuda dan perempuan tersebut mengunjungi sebuah kedai di sebelah tempat diadakannya pesta barusan. Pemuda itu memesan segelas kopi, sementara sang perempuan memesan segelas susu. Mereka minum dalam keheningan, karena mereka tidak tahu apa yang harus mereka bicarakan. Selama menikmati kopinya, pemuda tersebut merasa gelisah, karena sebenarnya ia menyukai perempuan di hadapannya itu, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali melanjutkan meminum kopinya lambat-lambat.
Akhirnya sang perempuan memecah keheningan. Ia berkata, "Sudah malam, sebaiknya kita cepat-cepat menghabiskan minum masing-masing dan segera pulang."
Tetapi sang pemuda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Ia memanggil seorang pelayan dan berkata, "Saya ingin meminta garam."
Perempuan tersebut merasa heran. "Untuk apa kamu meminta garam?" Tanyanya.
Pemuda tersebut menjawab dengan kalem, "Untuk dicampurkan ke dalam kopi ini." Jawabnya singkat sambil menunjuk gelas kopinya.
Perempuan tersebut terlihat semakin heran. Maka, pemuda itu menjelaskan, "Rumah saya terletak di pinggir laut. Meminum kopi dengan garam mengingatkan saya akan kampung halaman saya."
Akhirnya, obrolan pun berlanjut. Sejak saat itu, sang pemuda dan perempuan ini semakin dekat, dan semakin mengenal satu sama lain. Hingga pada suatu hari, mereka menikah. Setiap pagi, sang istri membuatkan kopi dicampur garam untuk suaminya. Setiap pagi pula sang suami meminum kopi tersebut. Rutinitas tersebut berlangsung hingga puluhan tahun.
Suatu hari, sang suami jatuh sakit. Penyebabnya jelas, ia terkena darah tinggi karena setiap hari meminum kopi dicampur garam. Pada saat terakhirnya, ia sempat menulis sebuah surat untuk istrinya.
Istriku tersayang,
Maafkan saya karena selama ini telah membohongimu. Sebenarnya, saya tidak suka kopi yang dicampurkan garam. Pada waktu pertama kali kita bertemu, saya mencampur kopi dengan garam hanya untuk menyambung orbolan saja.
Selama ini saya tidak pernah berani menolak ketika setiap pagi kamu membuatkan kopi dicampur garam untuk saya. Hal itu dikarenakan saya takut kehilangan dirimu. Saya lebih rela meminum kopi asin tersebut daripada kehilangan dirimu.
Kalaupun saya dapat kembali ke hari itu, hari dimana kita pertama kali bertemu, saya akan tetap rela meminum kopi dicampur garam setiap pagi, hanya agar saya bisa hidup bersamamu sampai di saat terakhir.
Maafkan saya karena selama ini telah membohongimu. Sebenarnya, saya tidak suka kopi yang dicampurkan garam. Pada waktu pertama kali kita bertemu, saya mencampur kopi dengan garam hanya untuk menyambung orbolan saja.
Selama ini saya tidak pernah berani menolak ketika setiap pagi kamu membuatkan kopi dicampur garam untuk saya. Hal itu dikarenakan saya takut kehilangan dirimu. Saya lebih rela meminum kopi asin tersebut daripada kehilangan dirimu.
Kalaupun saya dapat kembali ke hari itu, hari dimana kita pertama kali bertemu, saya akan tetap rela meminum kopi dicampur garam setiap pagi, hanya agar saya bisa hidup bersamamu sampai di saat terakhir.
Terima kasih,
Suamimu.
Suamimu.